HASIL fantastis diperoleh Timnas Indonesia sepanjang babak penyisihan Grup A, AFF Suzuki Cup 2010. Kini, mampukah skuad Garuda menancapkan kukunya untuk mencatat sejarah baru dengan merebut trofi juara untuk pertama kalinya?
Jika melihat performa Firman Utina dkk sepanjang babak penyisihan grup, Indonesia memang berpeluang besar untuk bisa mengakhiri catatan buruk sepanjang enam perhelatan AFF Cup (dulunya Piala Tiger). Bagaimana tidak, merah putih melewati fase grup dengan sempurna.
Tiga kali main, skuad besutan Alfred Riedl sukses mengakhirinya dengan kemenangan. Negara tetangga Malaysia menjadi korban pertama yang ‘diganyang’ 5-1. Di laga kedua, Laos yang mengalahkan Indonesia 0-2 di Sea Games tahun lalu juga tak bisa berkutik. Dua gol kapten tim Firman Utina mengantar Indonesia melakukan pembalasan sempurna dengan memberondong setengah lusin gol tanpa mampu dibalas.
Terkini, malam tadi Indonesia kembali menunjukkan diri sebagai calon kuat juara dengan menundukkan kolektor tiga kali juara Thailand dengan skor 2-1, setelah sebelumnya sempat tertinggal 0-1. Hasil ini memaksa negeri ‘Gajah Putih’ yang sebelumnya digadang-gadang bakal keluar sebagai juara justru harus terkapar di penyisihan grup. Kemenangan ini juga merupakan sejarah baru bagi persepakbolaan Indonesia yang belum pernah menang atas Thailand.
Dengan mengoleksi poin maksimum, sembilan angka, Indonesia melaju mulus ke semifinal didampingi Malaysia. Hebatnya, kegemilangan laskar merah putih juga dibarengi dengan penampilan solid baik saat bertahan maupun menyerang. Ini dibuktikan dengan catatan statistik dimana Indonesia mampu mencetak 13 gol dan hanya kebobolan dua gol.
Torehan prestasi Indonesia kali ini jelas memberikan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia khususnya para pecinta sepak bola. Ini terbukti dengan terus meningkatnya jumlah dukungan fans yang datang langsung ke Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Jika di pertandingan pertama, Indonesia hanya didukung sekira 30.000 fans, di laga terakhir jumlahnya meningkat dua kali lipat hingga menembus angka 65.000 fans.
Selain berkat performa solid dan kerja sama apik para pemain di lapangan, serta dukungan penuh supporter, hasil ini juga tak lepas dari peran pelatih Alfred Riedl yang sukses memberikan warna baru dalam permainan timnas. Di era kepemimpinannya, arsitek asal Austria ini melakukan terobosan berani dengan mengubah paradigma timnas yang selama ini hanya mengandalkan para pemain seniornya.
Di tangan Riedl, para pemain muda mendapat kepercayaan penuh untuk bisa memberikan yang terbaik untuk bangsa. Nama-nama baru yang sebelumnya tak pernah terdengar seperti Zulkifli Syukur, M. Nasuha (bek sayap), Ahmad Bustomi hingga Oktovianus Maniani sukses menggantikan peran para seniornya. Dengan kombinasi pemain muda dan senior, kini Indonesia menjelma sebagai kekuatan baru di Asia Tenggara.
Selain faktor di atas, dukungan pemerintah yang memberikan kesempatan kepada timnas untuk melakukan naturalisasi juga pantas mendapat aplaus tersendiri. Bagaimana tidak, masuknya dua pemain blasteran di tim, yakni Christian ‘El Loco’ Gonzales dan idola baru Irfan Bachdim sukses memberi warna tersendiri dalam permainan tim.
Ya, duet El Loco dan Bachdim di lini depan membuat lawan-lawan Indonesia di babak penyisihan grup seakan buta dengan kekuatan Indonesia. Alhasil keduanya pun sukses memberikan sumbangsih maksimal untuk tim. Dari tiga laga, Bachdim sukses melesakkan dua gol, masing-masing saat melawan Malaysia dan Laos.
Sementara El Loco, bomber veteran dari tim Persib Bandung sukses menyarangkan satu gol. Tak hanya gol, bomber 34 tahun ini juga rajin memberikan ‘assist’ yang berujung gol. Bukti konkritnya adalah pergerakannya di kotak penalti yang memaksa pemain Thailand melakukan pelanggaran dan berujung penalti yang dieksekusi dengan dingin Bambang Pamungkas untuk membawa Indonesia menyamakan kedudukan saat melawan Thailand. Hal serupa juga sempat dilakukan El Loco saat bersua Laos di pertandingan sebelumnya.
Nah, dengan komposisi tim yang seimbang, Indonesia tentunya berpeluang besar mengakhiri rasa penasaran mereka dalam delapan kali perhelatan AFF Cup, dengan memeluk trofi juara. Seperti diketahui, sepanjang perhelatan ajang dua tahunan tersebut, pencapaian maksimal skuad Garuda hanya tiga kali menjadi finalis. Inilah momen tepat untuk menandai kebangkitan sepak bola Indonesia yang dahulu sempat dikenal dengan sebutan ‘Macan Asia’. So, terbanglah tinggi Garuda ku!
Source : okezone.com
Post a Comment