Fogging atau pengasapan menjadi solusi pemberantasan nyamuk penyebeb DBD. Satu kali fogging membutuhkan biaya sekitar Rp 1,7 juta. Demikian dijelaskan Dahril. Uang ini digunakan untuk pembelian obat, upah pekerja, serta transport petugas.
"Fogging dilakukan berdasarkan hasil Penyelidikan Epidemiologi (PE). Jika di satu daerah ada korban DBD, maka akan diturunkan tim PE oleh Diskes. Bila tim PE menemukan penderita tersangka DBD lainnya atau penderita panas tanpa sebab yang jelas dan ditemukan jentik, baru dilakukan penyemprotan di rumah penderita dan sekitarnya dengan radius 200 meter, dan dilakukan dua siklus dengan interval 7-10 hari. Bila tidak ditemukan penderita tetapi ditemukan jentik, akan dilakukan penggerakan PSN dan penyuluhan," jelas Darwis.
Ditambahkan Kabid Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Pekanbaru, Sri Darmawati kepada Tribun menyebutkan, untuk tahun 2011 ini, anggaran fogging hanya untuk 364 fokus. Itupun dibagi tiga yakni untuk DBD, Cikungunya, dan demam denggi. Untuk DBD hanya 100 dan selebihnya untuk Cikungunya dan demam denggi.
"Kasus DBD hingga awal November ini sudah tercatat sebanyak 376 kasus. Sementara, Diskes hanya dipercayakan untuk melakukan fogging sebanyak 100 kali sesuai anggaran. Anggaran fogging, selain DBD yakni untuk Cikungunya dan demam denggi ada 264 kali. Untung untuk Cikungunya dan demam denggi tidak ada kasus, sehingga bisa dialihkan," ungkap ibu empat anak ini.
Untuk pelayanan fogging, menurut Sri sejak tiga hari lalu sudah dibuka posko yang selalu mobile. Selain itu mereka juga menyediakan layanan telepon pada nomor (0761) 23213, 08126850653, dan 081365 754974.
Source : pekanbaru.tribunnes.com
Post a Comment