Seluruh daerah di Riau mengerahkan upaya untuk memerangi penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD). Meski ada daerah dengan korban baru yang terjangkit, ada pula daerah yang jumlah korbannya menurun.
Bupati Bengkalis, Herliyan Saleh memerintahkan seluruh jajarannya siaga penuh. Mengingat DBD sudah mengkhawatirkan, yakni mencapai 389 kasus, 8 meninggal.
‘’Sejauh ini, langkah-langkah antisipasi dan penanggulangan di lapangan sudah dilakukan, baik dalam bentuk imbauan melalui radio, pengumumam via mobil bergerak, fogging dan pembagian bubuk abate,’’ ungkap Herliyan.
Dia menegaskan, Pemkab Bengkalis juga minta Kantor Kementerian Agama agar para tokoh agama memasukkan imbauan soal DBD dalam khutbahnya.
Pemkab juga telah membuat posko DBD di tiap UPTD Puskesmas dan membentuk tim gerak cepat mengantisipasi DBD. Jika ada salah seorang warga yang dicurigai terjangkit DBD, diharap langsung dibawa ke posko tersebut.
Kemudian tim gerak cepat akan melakukan penanggulangan dan perawatan, serta melakukan fogging di sekitar lingkungan yang terjangkit DBD. Herliyan juga mengimbau masyarakat mengaktifkan budaya gotong-royong dan membersihkan lingkungan.
Terutama pada tempat-tempat yang menyebabkan genangan air yang jadi tempat berkembangbiaknya nyamuk aedes aegypti.
Warga dituntut melaksanakan gerakan 3 M plus secara terus-menerus. Yakni menguras semua tempat penampungan air secara rutin sepekan sekali, menutup rapat semua tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, seperti ban, kaleng, dan tempurung kelapa. Juga menabur bubuk pembasmi jentik, memelihara ikan pemakan jentik di tempat penampungan air, memakai kelambu dan memasang kawat kasa pada ventilasi dan menggunakan obat anti nyamuk.
‘’Warga juga harus mewaspadai dan membersihkan talang air, pot tanaman, dispenser dan tempat buang air kulkas,’’ ungkap Bupati.
Nyamuk aedes aegypti menggigit pada pagi hari, pukul 08.00 hingga 10.00 WIB dan sore pukul 15.00-17.00 WIB. Selain jam itu, nyamuk ini akan tidur di tempat-tempat bersih, seperti pakaian yang digantung maupun tempat-tempat gelap lainnya.
‘’Saya juga mengimbau pihak sekolah memperhatikan anak didiknya,’’ tutur Herliyan.
Terkait belum ditetapkannya status kejadian luar biasa (KLB), dijelaskannya, sesuai Peraturan Kementerian Kesehatan 1501 tahun 2010, penetapan status KLB bila jumlah kasus sudah melampaui 200 persen dari kasus tahun sebelumnya.
Tahun lalu, jumlah kasus DBD di Bengkalis ada 225. Tahun ini, hingga November sudah mencapai 389 kasus. ‘’Meski belum menetapkan status KLB, sejauh ini penanggulangan dan pencegahan penyebaran DBD sudah standar KLB,’’ tambah bupati.
Seandainya akan ditetapkan status KLB, bisa dilakukan berdasar kasus di tiap kecamatan. Misalnya di Kecamatan Pinggir hingga November 2011 ada 34 kasus, sedang tahun sebelumnya 3 kasus. Di Kecamatan Siak Kecil 56 kasus, tahun sebelumnya 9 kasus.
‘’Jika kasus DBD terus meningkat, kita harus menetapkan KLB. Tapi saat ini belum,’’ ungkapnya.
Suspect DBD Turun
Penderita DBD di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) hingga pertengahan November menurun, hanya ada 14 kasus yang suspect (diduga). Ini turun jika dibanding jumlah kasus pada Oktober yang mencapai 90. ‘
’Saya yakin jumlah ini bisa terus kita tekan,’’ ujar Kepala Dinas Kesehatan Kuansing, dr H Djasmuddin Djalal, MKes melalui Kasi Penanggulangan Wabah dan Bencana, Emita Ajis, SKM.
Diakui Emita, selama Januari hingga pertengahan November sudah ada 214 kasus berdasar laporan dari tiap Puskesmas di masing-masing kecamatan.
Kenaikan jumlah kasus suspect DBD bila dibanding tahun lalu yang hanya 47 kasus, dan tahun ini 214, merupakan kondisi luar biasa. Sebelumnya, hingga awal November, jumlahnya jadi 211 kasus. Lalu ada laporan dari Puskesmas Singingi Hilir dan Singingi jumlahnya bertambah tiga kasus.
Penurunan jumlah kasus karena gencarnya penyuluhan oleh seluruh Puskesmas dan Pustu. ‘’Nampaknya penurunan angka DBD sudah signifikan,’’ katanya.
Selain penyuluhan, mereka juga melakukan penaburan bubuk abate di tempat-tempat yang sudah ada kasus dan melaksanakan gotong-royong. Tak hanya daerah-daerah yang suspect DBD yang dilakukan pencegahan.
Seluruh Puskesmas sudah mulai bergerak melakukan gotong-royong di masyarakat hingga ke pelosok desa.
Dikatakannya, pencanangan gerakan Kuansing Bersih yang diimbau Bupati Kuansing H Sukarmis merupakan titik awal perjuangan melawan DBD, mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan hingga ke pedesaan.
Melalui imbauan itu, seluruh masyarakat diminta menjaga kebersihan lingkungan. Cara paling efektif adalah melakukan gotong royong massal. Menurut Emita, dengan jumlah 214 kasus yang merupakan KLB, pihaknya berhasil menekan korban jiwa. Dari jumlah itu, dua meninggal. Ini sedikit bila dibanding daerah lain.
‘’Alhamdulillah ini menandakan penanggulangan kita cepat,’’ katanya.
Dua orang yang meninggal itu, Susi (33) warga Desa Muaro Sentajo yang meninggal sekitar Mei lalu. Lalu Rizik, bayi delapan bulan yang meninggal beberapa pekan lalu. Keduanya meninggal di RS Awal Bros Pekanbaru.
Laksanakan Fogging
Untuk mencegah DBD, masyarakat di Kepenghuluan Baganpunak Pesisir, Kecamatan Bangko minta Dinas Kesehatan (Diskes) Rokan Hilir (Rohil) maupun Puskesmas Baganpunak melaksanakan fogging.
‘’Saya sudah menjabat penghulu Baganpunak Pesisir ini hampir dua tahun. Dan hampir selama itu daerah kami tak pernah di-fogging. Memang daerah kita belum ditemukan kasus,’’ kata Penghulu Baganpunak Pesisir, Muhammad Toyib.
Pihaknya sudah berkali-kali mengajukan permohonan ke instansi terkait khususnya Dinas Kesehatan. ‘’Padahal daerah kita termasuk rawan karena di pesisir,’’ kata Toyib.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Rohil, H Muhammad Junaidi Saleh MKes, kasus DBD menurun dibanding bulan lalu. ‘’Pertengahan bulan ini, DBD hanya ditemukan sekitar 14 kasus,’’ ujarnya.
Namun upaya pencegahan dan penanggulangan masih terus dilakukan. ‘’Yang jelas, kita tetap memantau langsung di tiap daerah. Kalau memang daerah itu perlu di-fogging, segera kita laksanakan,’’ ujarnya.
Di Rohul Tambah Satu
Meski jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu telah berupaya mencegah, penderita DBD terus bertambah. Kamis (16/11), salah seorang warga Pasir Baru Rambah dinyatakan positif DBD dan langsung dibawa ke RSUD Rohul.
Kepala Dinas Kesehatan dr Wildan Asfan Hasibuan MKes didampingi Kasi Pemberantasan Penyakit Diskes Rohul Abu Syofyan SKM menyebutkan, dengan bertambahnya satu kasus, jumlah kasus DBD Rohul jadi 118 dari Januari hingga kemarin.
Menurutnya, pada Kamis (17/11), Diskes melaksanakan fogging menyeluruh di desa endemis DBD di Kecamatan Rambah. Fogging di Kelurahan Pasirpengaraian dilakukan selama dua hari.
‘’Mulai dari lingkungan Kampung Bukit, Tanjung Belanti dan Lenggopan. Besok fogging tuntas dilaksanakan di Kelurahan Pasirpengaraian,’’ ujarnya.
Pihaknya juga melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan membuang ban-ban bekas dan drum yang dapat menampung air hujan tempat bertelurnya nyamuk serta pemberian poster DBD dan abate di rumah warga.
Dia mengimbau Puskesmas se-Rohul mengadakan penyuluhan berkala ke tiap-tiap desa, Posyandu, maupun tempat pengajian agama, tentang pengenalan gejala DBD, pertolongan pertama dan cara-cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN), serta mengadakan gotong-royong massal.
Dirujuk ke Pekanbaru
Pada Kamis (17/11), RSUD Indrasari Rengat merujuk seorang pasien DBD atas nama Annisa (22) warga Kelurahan Pematang Reba ke Pekanbaru. Sebab, kondisi trombositnya makin turun hingga 28.000/mm3. Sementara trombosit normal di atas 100.000/mm3. Data terakhir penderita DBD pada Diskes Inhu masih tetap 108, 5 meninggal.
‘’Rekap data pasien DBD dilakukan sekali sebulan,’’ ujar Kadiskes Inhu, Zainal Arifin SKM MKes.
Direktur RSUD Indrasari Rengat, drg Siska Listianti melalui Kepala Ruangan VIP RSUD Indrasari Rengat, Hj Yulita mengatakan, dalam pertengahan bulan ini sudah 5 pesien DBD dirawat di ruang VIP RSUD Indrasari Rengat. ‘’Belum lagi di ruangan penyakit dalam dan ruangan anak,’’ katanya
Source : riaupos.co.id
Post a Comment